Suasana Diskusi Dengan Kawan2 MES

Suasana Diskusi Dengan Kawan2 MES

Tuesday, January 19, 2010

I'JAZ ALQUR'AN

Bab I

Pendahuluan

Adalah al qur’an, kalamullah yang diturunkan kepada nabi yang terakhir, nabi Muhammad saw melalui perantara seorang malaikat (jibril) yang digunakan sebagai suatu mu’jizat yang kekal nan abadi untuk membuktikan kenabian beliau pada mereka yang ragu akannya khususnya bangsa arab. Dengan segala kemampuan dan kepandaian yang dimiliki oleh bangsa arab yang seharusnya mereka dapat saja menandingi atau membuat yang serupa dengan al qur’an, namun mereka tetap saja tidak mampu karena al qur’an memanglah suatu mu’jizat yang mulia.

Dengan alasan itulah, kami merasa tertarik dengan pembahasan tentang al qur’an sebagai mu’jizat ataudalam makalah ini kami kenal dengan I’jaz al qur’an. Dalam makalah ini kami akan membahas lebih dalam lagi tentang I’jaz al qur’an.

Bab II

I’jaz al Qur’an

A. Definisi I’jaz al Qur’an

Sebuah kata-kata akan dimengerti apabila sudah mengetahui pengertian atau definisi dari kata-kata tersebut. Dalam hal ini ada dua segi untuk mengetahui sebuah definisi yaitu segi kebahasaan (Etimologi) dan segi istilah (Terminologi). Adapun pengertian atau definisi I’jaz secara etimologi yaitu bahwa I’jaz berasal dari bahasa arab :

ﺁﻋﺠﺯ -ﻴﻌﺠﺯ -ﺇﻋﺠﺎﺯﺍ - ﻤﻌﺠﺯﺍ - ﻤﻌﺠﺯﺓ

yang memiliki arti melemahkan, membuktikan kelemahan, menetapkan kelemahan atau menjadikan tidak mampu. Apabila I’jaz ini berhasil (membuktikan kelemahan ) maka nampaklah kekuatan mu’jiz (sesuatu yang melemahkan).

Secara terminologi I’jaz berarti

ﺇﻅﻬﺎﺭ ﺼﺩﻕ ﺍﻠﻨﺒﻰ ﻔﻰ ﺩﻭﻯ ﺍﻠﺭﺴﺎﺔ ﺒﺈﻅﻬﺎ ﻋﺠﺯ ﺍﻠﻌﺭﺏ ﻋﻥ ﻤﻌﺎﺭﻀﺘﻪ ﻓﻰ ﻤﻌﺠﺘﻪ ﺍﻠﺨﺎﻠﺩﺓ ﻭﻫﻲ ﺍﻠﻗﺭﺍﻥ ﻭﻋﺠﺯ ﺍﻷﺠﻴﺎﻝ ﺒﻌﺩﻫﻡ

“ Memperlihatkan kebenaran nabi dalam pernyataan sebagai seorang rasul, dengan memperlihatkan kelemahan orang arab dalam menantangnya terhadap mu’jizat yang kekal yaitu al qur’an dan kelemahan orang-orang yang datang sesuadah mereka”. [1]

Dari definisi tersebut diatas dapat diketahui bahwa yang dimaksud dengan I’jaz al qur’an adalah nilai kemu’jizatan yang terdapat dalam alqur’an sehingga pada pembahasan I’jaz al qur’an tidak akan jauh berbeda dengan pembahasan alqur’an sebagai mu’jizat.[2] Ada beberapa pendapat tentang pengertian mu’jizat. Manna’ khAlil Al-Qattan memberi pengertian mu’jizat dengan suatu hal luar biasa yang disertai tantangan dan selamat dari perlawanan.[3] Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian mu’jizat ialah kejadian ajaib yang sukar dijangkau oleh kemampuan akal manusia. Berbeda dengan pakar agama islam menurut mereka mu’jizat adalah suatu hal atau peristiwa yang luar biasa yang terjadi pada nabi sebagai bukti kenabiannya yang ditantangkan kepada yang ragu untuk melakukan atau mendatangkan hal yang serupa, namun mereka tidak mampu melayani tantangan tersebut.

B. Bukti Historis Tentang I’jaz Al Qur’an

Ada beberapa bukti sejarah bahwa Al Qur’an merupakan suatu mu’jizat. Rasulullah pernah menantang Bangsa Arab untuk menandingi Al Qur’an. Tantangan ini beliau lontarkan dalam tiga tahapan :

· Rasulullah menantang bangsa arab untuk menandingi al qur’an dengan membuat yang serupa keseluruhan al qur’an baik jumlah kalimat, bentuk, maupun isinya. Bahkan tantangan ini tidak hanya berlaku untuk bangsa arab saja akan tetapi manusia secara umum dan jin. Rasulullah bahkan tidak melarang mereka bekerja sama dalam membuat yang serupa al qur’an. Tantangan ini tersurat dalam al qur’an Surat Al-Isra’ (17) ayat 88 :

ﻗﻝ ﻟﺌﻥ ﺍﺠﺘﻤﻌﺕ ﺍﻹﻨﺱ ﻭﺍﻟﺠﻥ ﻋﻟﻰ ﺃﻥ ﻴﺄﺘﻭﺍ ﺒﻤﺜﻝ ﻫﺫ ﺍﻟﻗﺭﺃﻥ ﻻﻴﺄﺘﻭﻥ ﺒﻤﺜﻠﻪ ﻭﻠﻭﻜﺎﻥ ﺒﻌﻀﻬﻡ ﻠﺒﻌﺽ ﻅﻬﻴﺭﺍ﴿ﺍﻹﺴﺭﺍﺀ۱۷: ‹٨٨

“Katakanlah: ‘Sesungguhnya jika berkkumpul jin dan manusia untuk mendatangkan yang seperti al qur’an ini, pastilah mereka tidak dapat mendatangkan yang sepertinya, walaupun sebagia mereka menjadi penolong sebagian yang lain”. (QS 17, Al Isra’ : 88).

· Rasulullah menantang mereka dengan sepuluh surat saja dari al qur’an.

ﺃﻡ ﻴﻗﻭﻠﻭﻥ ﺍﻔﺘﺭ .ﻗﻝ ﻔﺄﺘﻭﺍ ﺒﻌﺸﺭ ﺴﻭﺭ ﻤﺜﻠﻪ ﻤﺘﺭﻴﺎﺕ ﻭﺩﻋﻭﺍ ﻤﻥ ﺍﺴﺘﻁﻌﺘﻡ ﻤﻥ ﺩﻭﻥ ﺍﻠﻠﻪ ﺇﻥ ﻜﻨﺘﻡ ﺼﺎﺩﻗﻴﻥ ﴿ ﻫﻭﺩ ‹۱۱› : ۱۳

“Ataukah mereka berkata: ‘Dia Muhammad telah membuat-buatnya’,katakanlah :’Datangkanlah sepuluh surat yang sepertinya, yaitu surat-surat yang kamu buat-buat, dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup memanggilnya selain allah, jika kamu orang-orang yang benar”. (Q.S. 11, Hud : 13).

· Rasulullah kembali menantang oranng-orang arab dengan hanya satu surat saja yang seperti al qur’an. Tantangan ini terdapat dalam surat 10, yunus ayat 38 :

ﺃﻡ ﻴﻗﻭﻠﻭﻥ ﺍﻔﺘﺭ .ﻗﻝ ﻔﺄﺘﻭﺍ ﺒﺴﻭﺭﺓ ﻤﺜﻠﻪ ﻭﺩﻋﻭﺍ ﻤﻥ ﺍﺴﺘﻁﻌﺘﻡ ﻤﻥ ﺩﻭﻥ ﺍﻠﻠﻪ ﺇﻥ ﻜﻨﺘﻡ ﺼﺎﺩﻗﻴﻥ ﴿ ﻴﻭﻨﻭﺱ ‹۱۰›: ۳۸

“Ataukah mereka berkata: ‘Dia (Muhammad) telah membuat-buatnya’,katakanlah :’Datangkanlah sebuah surat saja yang sepertinya, yaitu surat-surat yang kamu buat-buat, dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup memanggilnya selain allah, jika kamu orang-orang yang benar”. (Q.S. 11, Hud : 13).

Tantangan ini diulangi oleh Allah dalam firman-Nya :

و ان كنتم فى ر يب مما نزلنا على عبد نا فا توا ﺒﺴﻭﺭﺓ ﻤﺜﻠﻪ ﻭﺩﻋﻭﺍ شهداء كم ﻤﻥ ﺩﻭﻥ ﺍﻠﻠﻪ ﺇﻥ ﻜﻨﺘﻡ ﺼﺎﺩﻗﻴﻥ ﴿البقرة ‹۲›: ۲۳

“ Dan jika kamu dalam keragu-raguan dari apa yang telah kami turunkan kepada hamba kami maka datangkanlah sebuah surat saja yang sepertinya dan panggillah peolong-penolong kamu selain allah jika kamu sekalian orang-orang yang benar”. (Q.S.2, Al Baqarah : 23 ).

Tantangan-tantangan yang dilontarkan Rasulullah kepada bangsa Arab tersebut tidak mampu untuk ditandinggi oleh seluruh manusia dan jin yang ada di bumi khususnya bangsa arab itu sendiri dimana pada daerah bangsa inilah Al Qur’an diturunkan kepada nabi yang terakhir yaitu Nabiyullah Muhammad SAW melalui malaikat Jibril. Hal ini tidak lain dan tidak bukan karena Al Qur’an memang sebuah mu’jizat. Selain tantangan yang diberikan oleh nabi tersebut kepada bangsa arab secara umum, ada lagi bukti sejarah yang menunjukkan betapa hebatnya al qur’an dalam menunjukkan kelemahan seseorang yang merasa ragu akannya[4]. Bukti-bukti yang dimaksud antara lain :

M Kisah Ibnu al Muqaffa (w 727 m).

Alkisah, ada sekelompok kaum Zindik dan kaum anti agama merasa tidak senang dengan pengaruh al qur’an. Kemudian mereka mendatangi seorang sasterawan sekaligus penulis terkenal Abdullah ibn al Muqaffa untuk membuat karya tulis sebagai jawaban atas tantangan yang diberikan Rasulullah guna menandingi Al Qur’an Al Karim. Kaum Zindik dan kaum anti agama tadi memberikan iming-iming imbalan harta yang melimpah kepada al Muqaffa. sehingga al muqaffa menerima tawaran tersebut dan berjanji akan menyelasaikan pekerjaannya dalam durasi waktu 365 hari.

Waktu terus melangkah hari demi hari, segala daya dan upaya diusahakan al muqaffa untuk mencoba menjawab tantangan Al Qur’an. Segala kemampuan yang dimilikinya dikerahkan dengan sekuat tenaga. Setengah durasi dari waktu yang telah ditentukanpun telah berlalu, namun apa daya al muqaffa belum menghasilkan apapun selain kertas-kertas yang berserakan yang memenuhi ruangan kerjanya.

Singkat kisah akhirnya al muqaffa pun mengaku tidak sanggup dan kalah dalam menghadapi al qur’an al karim.

M Kisah Abu Al Walid

Abu al walid, seorang sasterawan yang jarang ada tandingannya di ajukan oleh beberapa pemimpin Quraisy untuk menundukkan Rasululah. Harta, tahta, wanita, dan segala kesenangan dunia lainnya ditawarkan oleh Abu al Walid kepada Rasulullah dan semuanya itu akan diberikan kepada Rasulullah dengan syarat beliau mau untuk meninggalkan dakmahnya. Tentu saja Rasulullah menolak dan membaca surat al fushilat hingga akhir. Spontan abu walid berubah 1800, kemudian dia kembali kepara para pemimpin quraisy dan berkata “ Aku belum pernah mendengar untaian kata-kata yang seindah itu. itu bukan sya’ir, bukan sihir atau kata-kata tukang tenun. Sesungguhnya al qur’an itu ibarat pohon yang daunnya rindang, akarnya terhujam ke dalam tanah. susunan kata-katanya manis dan enak didengar. Itu bukan redaksi manusia. Al qur’an adalah tinggi dan tidak ada yang mengatasinya”.

Intinya para pemimpin Qurisy terseht gagal total untuk menundukkan rasulullah lantaran delegasinnya mendengar ayat al Qur’an .

M Kisah Al Walid Ibn Al Mughirah [5]

Suatu ketika al Walid mendatangi Rasulullah SAW, seketika itu pula beliau membacakan surat tertentu dari al Qur’an sehingga serentak hati al Walid luluh karenanya. Kemudian dia berkata kepada abu jahal “ demi Allah tiada seorang pemuda yang lebih tahu tentang sya’ir daripada aku, baik dari segi rajaz, qasidah maupun sya’irnya. Demi Allah apa yang diucapkannya tiada menyerupai apapun. Dan demi Allah untaian kata yang diucapkan itu memiliki rasa manis dan kesan indah. Ucapan itu bagaikan pohon yang penuh buah di bagian atasnya dan terbagi rata untuk siapa yang berada di bawahnya. Dia benar-benar tinggi dan tidak terungguli. Dia mengalahkan segala yang ada di bawahnya”.

C. Beberapa Pendapat Tentang I’jaz Al Qur’an

Memang manusiawi bila dalam suatu pembahasan terdapat banyak sekali pendapat. hal ini pun berlaku kepada I’jaz al qur’an. Ada beberapa pendapat yang berkaitan tentang I’jaz Al Qur’an antara lain:

" Kelompok Shirfah

Kelompok ini dipelopori oleh Abu Ishaq Ibrahim An Nizam [6]dan pengikutnya dari kaum syi’ah seperti Al Murtada. Nizam berpendapat bahwa I’jaz al Qur’an terletak pada aspek shirfah yakni bahwa Allah memalingkan orang-orang arab yang berusaha menandingi al Qur’an, padahal sebenarnya mereka mampu menghadapinya. Al Murtada berpendapat sama bahwa I’jaz al Qur’an terletak pada aspek shirfah namun dia mengartikan lain maksud dari shirfah tersebut yaitu bahwa Allah mencabut ilmu-ilmu yang dimiliki oleh orang arab yang mereka perlukan untuk menghadapi tantangan al Qur’an, sehinnga mereka pun tiada lagi mampu untuk menandinginya.

Pendapat dari golongan shirfah ini mendapatkan pertentangan dari Qadi Abu Bakar Al Bagalani. Beliau berkata bahwa jikalau menandingi al qur’an merupakan suatu kemungkinan akan tetapi menjadi tidak mungkin lantaran terhalang akan adanya shirfah, maka yang manjadi mu’jizat disini adalah shirfahnya bukan al qur’an, padahal semua mahluk di dunia ini mengakui bahwa al qur’an adalah suatu muljizat yang mulia.[7] Selain itu al qur’an sendiri pun menolak pendapar dari golongan ini. hal ini tersirat dalam surat 17, al-Isra’ ayat 88 yang berbunyi :

ﻗﻝ ﻟﺌﻥ ﺍﺠﺘﻤﻌﺕ ﺍﻹﻨﺱ ﻭﺍﻟﺠﻥ ﻋﻟﻰ ﺃﻥ ﻴﺄﺘﻭﺍ ﺒﻤﺜﻝ ﻫﺫ ﺍﻟﻗﺭﺃﻥ ﻻﻴﺄﺘﻭﻥ ﺒﻤﺜﻠﻪ ﻭﻠﻭﻜﺎﻥ ﺒﻌﻀﻬﻡ ﻠﺒﻌﺽ ﻅﻬﻴﺭﺍ﴿ﺍﻹﺴﺭﺍﺀ۱۷: ‹٨٨

“Katakanlah: ‘Sesungguhnya jika berkkumpul jin dan manusia untuk mendatangkan yang seperti al qur’an ini, pastilah mereka tidak dapat mendatangkan yang sepertinya, walaupun sebagian dari mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain”. (QS 17, Al Isra’ : 88).

Dalam ayat ini jelas menunjukkan kelemahan mereka meskipun mereka masih memiliki kemampuan. dan jika kemampuan mereka telah dicabut, maka berkumpulnya jin dan manusia tidaklah lagi diperlukan karena perkumpulan tersebut sama halnya dengan perkumpulan orang mati. Sedang tidak akan mungkin seseorang akan menantang orang yang sudah mati apalagi Allah dengan al qur’an-Nya.

" Kelompok Ahli Balaghah

Mereka sepakat bahwa kei’jazan al qur’an terdapat dalam balaghahnya yaitu dari segi nilai bahasa yang dimilikinya. Artinya al qur’an memiliki tingkat bahasa yang sangat tinggi dan belum ada bahkan dijamin tidak akan ada yang mampu menandingi tingkat bahasa yang dimiliki al qu’an.

" Kelompok Ahli Gharib

Penggunaan kata-kata dalam al qur’an yang jarang ditemui dalam percakapan bahasa arab secara umum merupakan suatu kei’jazan dalam al qur’an.

" Kelompok Ahli Isyarat

Meraka berpendapat bahwa kai’jazan al qur’an terletak pada pengkhabaran tentang berita-berita yang ghaib baik yang pernah terjadi di masa lalu maupun yang akan terjadi di masa yang akan datang.

" Kelompok Ahli Ilmu

Kei’jazan al qur’an terdapat pada kandungan ilmu pengetahuan dan hikmah yang sangat dalam.

Walaupun terdapat berbagai pendapat tentang I’jaz al Qur’an, akan tetapi pada hakihatnya al qur’an adalah I’jaz dalam hal bayan (penjelas) dan nazam (jalinan), dalam lafadz dan uslub, dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, dalam tasyri’ (penetapan hukum) dan pemeliharaannya terhadap HAM dan keseluruhan isi dan kandungan yang terdapat dalam al qur’an.

D. Kadar Kei’jazan Al Qur’an [8]

a) Golongan mu’tazilah berpendapat bahwa kei’jazan itu berkaitan dengan keseluruhan al qur’an.

b) Sebagian ulama’ berpendapat bahwa sebagian dari al qur’an bisa manjadi kadar I’jaz baik sedikit maupun banyak.

c) Ulama’ yang lain berpendapat, I’jaz itu cukup dengan satu surah lengkap meskipun pendek atau dengan lingkup satu surat baik satu ayat atau lebih.

E. Aspek-Aspek Kei’jazan Al Qur’an

M. Quraish Shihab dalam bukunya yang berjudul Mukjizat Al Qur’an meninjau kei’jazan al qur’an dalam beberapa aspek yaitu aspek kebahasaan, aspek isyarat ilmiyah dan aspek pemberitaan tentang yang ghaib.

1. Kei’jazan Aspek Kebahasaan

Kita sudah barang tentu tahu dan mengerti dengan sangat jelas bahwa al qur’an pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad dengan menggunakan bahasa arab. Hal inilah yang menjadi sebab utama dan pertama kei’jazan al qur’an yaitu di lihat dari segi bahasanya. Al Qur’an memiliki susunan kata dan kalimat yang indah. Ketika al qur’an dibaca, kita akan mendengar mendengar nada yang memiliki keunikan irama dan ritme.

Seorang cendekiawan inggris, Marmaduke Pitckthall dalam The Meaning of Glorius Qur’an menulis Al Qur’an mempunyai simfoni yan tidak ada taranya dimana setiap nada-nadanya bisa menggerakkan manusia untuk menangis dan bersuka cita”. [9]

Kata-kata yang dipilih untuk redaksi dalam al qur’an akan melahirkan keserasian bunyi kemudian kumpulan kata-kata tersebut melahirkan keserasian irama dalam rangkaian kalimat ayat-ayatnya. Selain itu al qur’an juga menggunakan kalimat yang sangat singkat dan padat namun sarat akan makna. Kita tahu betul bahwa al qur’an mempunyai juz sebanyak tiga puluh juz. Jika bukan karena kata-katanya atau kalimat yang digunakan sangat singkat dan padat mungkin akan tercipta al qur’an dengan jumlah juz yang begitu banyak. Hal ini tidak mudah dilakukan oleh seseorang sehingga kita akan benar-benar yakin bahwa al qur’an bukanlah buatan manusia dan itu merupakan bukti suatu kai’jazan al qur’an.

Bayangkan dengan kalimat yang sangat singkat dan padat, tetapi mengandung makna yang sangat luas sungguh sangat luar biasa. Hal ini menjadi suatu keindahan tersendiri dalam al qur’an.

Kei’jazan lain yang tercakup dalam aspek bahasa yaitu bahwa bahasa yang dimiliki oleh al qur’an dapat memuaskan para pemikir dan manusia secara umum. Artinya manakala ada seorang anak yang masih duduk dibangku sekolah baik tingkat dasar, menengah, dan tingkat atas bahkan mahasiswa akan lebih bisa memahami buku-buku yang sesuai dengan tingkatannya atau bahkan bagi mereka yang berada di tingkatan pendidikan menengah ke atas atau ke yang paling atas ( perguruan tinggi) akan merasa bahwa buku-buku atau wacana-wacana yang dikonsumsi oleh mereka yang ada di tingkat bawah tidak akan memberikan kepuasan dalam berpikir bagi mereka bahkan dianggap tidak menarik dan tidak enak untuk mereka konsumsi. Begitu sebaliknya, mereka yang berada di tingkat pendidikan bawah, tidak akan mengerti dengan apa yang dikomsumsi oleh mereka-mereka yang ada di tingkat yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan karena bahasa yang digunakan disesuaikan dengan masing-masing tingkatan pendidikan. Lain halnya dengan al qur’an, bahasa yang digunakannya memberikan kepuasan kepada siapa saja sesuai dengan keterbatasan masing-masing karena bahasa-nya sangat mudah untuk dipahami, bahkan dengan ayat yang sama seorang ilmuwan dapat memhami dengan pengertian yang baru yang tidak dapat terjangkau oleh kebanyakan orang sehingga daya piker mereka terpuaskan. Dengan kepuasan yang berpikir tersebut, maka akan lahir kepuasan akal dan jiwa.

2. kei’jazan aspek isyarat keilmiyahan.

Perlu dimengerti bahwa al qur’an bukanlah karya ilmiyah namun pertanyaan-pertanyaan yang terdapat di dunia yang kemudian di muat dalam suatu karya, dapat dijawab secara keseluruhan oleh alqur’an. Adapun dalam makalah ini isyarat-isyarat ilmiyah dalam al qur’an mencakup beberapa hal diantaranya : reproduksi manusia, kejadian alam semesta, awan, dan gunung.

· Isyarat ilmiyah tentang reproduksi manusia

Di dalam al qur’an dijelaskan penciptaa manusia, yang dimulai dengan tahap pembuahan atau pertemuan antara sperma dan ovum. Sedikitnya ada tiga ayat al qur’an yang berbicara tentang sperma.[10]

Kemudian pertemuan antara sperma dan ovum

ان خلقنا الانسا من نطفة امشاج نبتتيه فجعلنا سميعا بصيرا

“ Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari setetes nuthfah amsyaj (yang bercampur). Kami hendak mengujinya dengan perintah dan larangan karena itu kami jadikan ia mendengar dan melihat”.

(Q.S Al Insan (76) : 2).

· Isyarat ilmiyah tentang Kejadian alam

Di dalam al qur’an dijelaskan bahwa bumi dan langit tadinya merupakan satu gumpalan.[11]Akan tetapi al qur’an tidak menjelaskan terjadinya pemisahan seperti direalitakan saat ini bahwa langit dan bumi berpisah. namun hal ini menjadikan para ilmuwan tergugah untuk melakukan penelitian. Salah seorang diantarnya yaiu Edwin P. Hubble (1889-1953) yang melakukan observasi dengan teropong bintang raksasa yang menunjukan adanya pemuaian alam semesta. inilah maksudnya bahwa al qur’an mengisyaratkan manusia dengan isyarat ilmiyah.

· Isyarat Ilmiyah Tentang Awan

Dalam al qur’an telah dibicarakan tentang awan dan dijelaskan pula bagaimana proses terjadinya hujan[12] dimana prosesnya dimulai dari pembentukkan awan tebal karena adanya dorongan angin.

· Isyarat Ilmiyah Tentang Gunung

“Kamu lihat gunung-gunung, kamu sanngka ia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan sebagaimana jalannya awan. Begitulah perbuatan allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu. Sesungguhnya allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”. ( Q.S An Naml (27) : 88)

Hal ini jelas benar adanya, dari hasil rekaman satelit diperoleh bukti bahwa jazirah arab beserta gunung-gunungnya bergerak mendekati iran beberapa sentimeter setiap tahunnya. Sebelumnya lima juta tahun yang lalu jazirah arab bergerak memisahkan diri dari afrika dan membentuk laut merah. [13]

3. Kei’jazan Aspek Pemberitaan Tentang Yang Ghaib

Kata ghaib diartikan dengan sesuatu yang tidak diketahui, tidak nyata atau tersembunyi. jadi al qur’an memberitahukan kepada seluruh umat manusia tentang sesuatu yang tidak diketahui, baik itu berupa peristiwa masa lalu atau sesuatu yang akan terjadi di masa mendatang. Sebagai contoh yaitu kisah-kisah para nabi, secara realita kita tidak pernah hidup dizamannya, Berarti kita tidak tahu apa-apa tentang nabi-nabi tersebut. akan tetapi al qur’an memberkan khabar kepada manusia bahwa dulu ada manusia yang dijadikan pemimpin untuk golongan tertentu yang disebut dengan nabi atau rasul. Kita tidak akan pernah tahu jika al qur’an tidak pernah diturunkan. begitu juga dengan kiamat dan surga neraka. sejauh ini belum ada manusia yang dapat pergi kesana selain Muhammad SAW. Tapi dengan al qur’an kita menjaditahu gambaran tentang tahapan masa-masa yang akan datang.

Bab III Penutup

Dari pembahasan dalam makalah ini dapat disimpulkan bahwa al qur’an adalah mu’jizat yang abadi dan kemu’jizatan al qur’an tidak ada seorangpun yang dapat menandingi.

Daftar Pustaka

Al Qur’an Al Karim dan terjemahannya.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Hasbi, T.M ash shiddieqy. 2002. Ilmu-Ilmu al Qur’an Ilmu-Ilmu Pokok Dalam Menafsirkan al Qur’an. Semarang : PT Pustaka Rizki Putra.

Khalil, Manna al Qattan. 2006. Studi Ilmu-Ilmu Qur’an. Bogor : Pustaka Litera Antarnusa.

Shihab, M. Quraish. 2004. Mukjizat al Qur’an di Tinjau dari Aspek Kebahasaan, Isyarat Ilmiyah, dan Pemberitaan Ghaib. Bandung : PT Mizan Pustaka.

Syakur M. 2007. Ulum al Qur’an. Semarang : PKPL2-FAI Universits Wahid Hasyim.



[1] Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Ilmu-Ilmu al Qur’an. h 371

[2] Drs. M. Syajur SF., M.Ag.,Ulum al Qur’an,h 101

[3] Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, op. cit . h 371

[4] Drs. M. Syajur SF., M.Ag.,Ulum al Qur’an,h 105-111

[5] Diceritakan oleh Ibnu Abbas

[6] manna’ khalil al qattan dalam bukunya studi ilmu-ilmu qur’an h 375 menjelaskan bahwa abu ishaq Ibrahim an nizam adalah seorang guru al jahir dan salah seorang tokoh mu’tazilah. kepadanya dinisbahkan golongan nizamiyah. wafat pada masa kholifah al mu’tasim pada tahun 220 lebih.

[7] ibid.

[8] Dalam referensi yang digunakan oleh penulis tidak dijelaskan secara jelas dan detail tentang siapa-siapa yang memberikan pendapat tentang kadar kai’jazan al Qur’an.

[9] M. Quraish Shihab, Mukjizat al Qur’an ,h.119.

[10] Q.S Al Qiyamah (75) : 36-39,

Q.S An Najm (53) : 45-46,

Q. S. Al Waqi’ah (56) : 58-59

[11] Q.S Al Anbiya’(21) : 30.

[12] Q.S An Nur ( 24) :43

[13] M. Quraish Shihab, op.cit ,h.187-188

No comments:

Post a Comment