Bab I
Pendahuluan
Dengan alasan itulah, kami merasa tertarik dengan pembahasan tentang al qur’an sebagai mu’jizat ataudalam makalah ini kami kenal dengan I’jaz al qur’an. Dalam makalah ini kami akan membahas lebih dalam lagi tentang I’jaz al qur’an.
Bab II
I’jaz al Qur’an
A. Definisi I’jaz al Qur’an
Sebuah kata-kata akan dimengerti apabila sudah mengetahui pengertian atau definisi dari kata-kata tersebut. Dalam hal ini ada dua segi untuk mengetahui sebuah definisi yaitu segi kebahasaan (Etimologi) dan segi istilah (Terminologi). Adapun pengertian atau definisi I’jaz secara etimologi yaitu bahwa I’jaz berasal dari bahasa arab :
ﺁﻋﺠﺯ -ﻴﻌﺠﺯ -ﺇﻋﺠﺎﺯﺍ - ﻤﻌﺠﺯﺍ - ﻤﻌﺠﺯﺓ
yang memiliki arti melemahkan, membuktikan kelemahan, menetapkan kelemahan atau menjadikan tidak mampu. Apabila I’jaz ini berhasil (membuktikan kelemahan ) maka nampaklah kekuatan mu’jiz (sesuatu yang melemahkan).
Secara terminologi I’jaz berarti
ﺇﻅﻬﺎﺭ ﺼﺩﻕ ﺍﻠﻨﺒﻰ ﺹ ﻡ ﻔﻰ ﺩﻭﻯ ﺍﻠﺭﺴﺎﺔ ﺒﺈﻅﻬﺎ ﺭ ﻋﺠﺯ ﺍﻠﻌﺭﺏ ﻋﻥ ﻤﻌﺎﺭﻀﺘﻪ ﻓﻰ ﻤﻌﺠﺘﻪ ﺍﻠﺨﺎﻠﺩﺓ ﻭﻫﻲ ﺍﻠﻗﺭﺍﻥ ﻭﻋﺠﺯ ﺍﻷﺠﻴﺎﻝ ﺒﻌﺩﻫﻡ
“ Memperlihatkan kebenaran nabi dalam pernyataan sebagai seorang rasul, dengan memperlihatkan kelemahan orang arab dalam menantangnya terhadap mu’jizat yang kekal yaitu al qur’an dan kelemahan orang-orang yang datang sesuadah mereka”. [1]
Dari definisi tersebut diatas dapat diketahui bahwa yang dimaksud dengan I’jaz al qur’an adalah nilai kemu’jizatan yang terdapat dalam alqur’an sehingga pada pembahasan I’jaz al qur’an tidak akan jauh berbeda dengan pembahasan alqur’an sebagai mu’jizat.[2]
B. Bukti Historis Tentang I’jaz Al Qur’an
· Rasulullah menantang bangsa arab untuk menandingi al qur’an dengan membuat yang serupa keseluruhan al qur’an baik jumlah kalimat, bentuk, maupun isinya. Bahkan tantangan ini tidak hanya berlaku untuk bangsa arab saja akan tetapi manusia secara umum dan jin. Rasulullah bahkan tidak melarang mereka bekerja sama dalam membuat yang serupa al qur’an. Tantangan ini tersurat dalam al qur’an Surat Al-Isra’ (17) ayat 88 :
ﻗﻝ ﻟﺌﻥ ﺍﺠﺘﻤﻌﺕ ﺍﻹﻨﺱ ﻭﺍﻟﺠﻥ ﻋﻟﻰ ﺃﻥ ﻴﺄﺘﻭﺍ ﺒﻤﺜﻝ ﻫﺫ ﺍﻟﻗﺭﺃﻥ ﻻﻴﺄﺘﻭﻥ ﺒﻤﺜﻠﻪ ﻭﻠﻭﻜﺎﻥ ﺒﻌﻀﻬﻡ ﻠﺒﻌﺽ ﻅﻬﻴﺭﺍ﴿ﺍﻹﺴﺭﺍﺀ›۱۷: ‹٨٨ ﴾
“Katakanlah: ‘Sesungguhnya jika berkkumpul jin dan manusia untuk mendatangkan yang seperti al qur’an ini, pastilah mereka tidak dapat mendatangkan yang sepertinya, walaupun sebagia mereka menjadi penolong sebagian yang lain”. (QS 17, Al Isra’ : 88).
· Rasulullah menantang mereka dengan sepuluh
ﺃﻡ ﻴﻗﻭﻠﻭﻥ ﺍﻔﺘﺭ .ﻗﻝ ﻔﺄﺘﻭﺍ ﺒﻌﺸﺭ ﺴﻭﺭ ﻤﺜﻠﻪ ﻤﺘﺭﻴﺎﺕ ﻭﺩﻋﻭﺍ ﻤﻥ ﺍﺴﺘﻁﻌﺘﻡ ﻤﻥ ﺩﻭﻥ ﺍﻠﻠﻪ ﺇﻥ ﻜﻨﺘﻡ ﺼﺎﺩﻗﻴﻥ ﴿ ﻫﻭﺩ ‹۱۱› : ۱۳ ﴾
“Ataukah mereka berkata: ‘Dia Muhammad telah membuat-buatnya’,katakanlah :’Datangkanlah sepuluh
· Rasulullah kembali menantang oranng-orang arab dengan hanya satu
ﺃﻡ ﻴﻗﻭﻠﻭﻥ ﺍﻔﺘﺭ .ﻗﻝ ﻔﺄﺘﻭﺍ ﺒﺴﻭﺭﺓ ﻤﺜﻠﻪ ﻭﺩﻋﻭﺍ ﻤﻥ ﺍﺴﺘﻁﻌﺘﻡ ﻤﻥ ﺩﻭﻥ ﺍﻠﻠﻪ ﺇﻥ ﻜﻨﺘﻡ ﺼﺎﺩﻗﻴﻥ ﴿ ﻴﻭﻨﻭﺱ ‹۱۰›: ۳۸ ﴾
“Ataukah mereka berkata: ‘Dia (Muhammad) telah membuat-buatnya’,katakanlah :’Datangkanlah sebuah
Tantangan ini diulangi oleh Allah dalam firman-Nya :
و ان كنتم فى ر يب مما نزلنا على عبد نا فا توا ﺒﺴﻭﺭﺓ ﻤﺜﻠﻪ ﻭﺩﻋﻭﺍ شهداء كم ﻤﻥ ﺩﻭﻥ ﺍﻠﻠﻪ ﺇﻥ ﻜﻨﺘﻡ ﺼﺎﺩﻗﻴﻥ ﴿البقرة ‹۲›: ۲۳ ﴾
“ Dan jika kamu dalam keragu-raguan dari apa yang telah kami turunkan kepada hamba kami maka datangkanlah sebuah
Tantangan-tantangan yang dilontarkan Rasulullah kepada bangsa Arab tersebut tidak mampu untuk ditandinggi oleh seluruh manusia dan jin yang ada di bumi khususnya bangsa arab itu sendiri dimana pada daerah bangsa inilah Al Qur’an diturunkan kepada nabi yang terakhir yaitu Nabiyullah Muhammad SAW melalui malaikat Jibril. Hal ini tidak lain dan tidak bukan karena Al Qur’an memang sebuah mu’jizat. Selain tantangan yang diberikan oleh nabi tersebut kepada bangsa arab secara umum, ada lagi bukti sejarah yang menunjukkan betapa hebatnya al qur’an dalam menunjukkan kelemahan seseorang yang merasa ragu akannya[4]. Bukti-bukti yang dimaksud antara lain :
M Kisah Ibnu al Muqaffa (w 727 m).
Alkisah, ada sekelompok kaum Zindik dan kaum anti agama merasa tidak senang dengan pengaruh al qur’an. Kemudian mereka mendatangi seorang sasterawan sekaligus penulis terkenal Abdullah ibn al Muqaffa untuk membuat karya tulis sebagai jawaban atas tantangan yang diberikan Rasulullah guna menandingi Al Qur’an Al Karim. Kaum Zindik dan kaum anti agama tadi memberikan iming-iming imbalan harta yang melimpah kepada al Muqaffa. sehingga al muqaffa menerima tawaran tersebut dan berjanji akan menyelasaikan pekerjaannya dalam durasi waktu 365 hari.
Waktu terus melangkah hari demi hari, segala daya dan upaya diusahakan al muqaffa untuk mencoba menjawab tantangan Al Qur’an. Segala kemampuan yang dimilikinya dikerahkan dengan sekuat tenaga. Setengah durasi dari waktu yang telah ditentukanpun telah berlalu, namun apa daya al muqaffa belum menghasilkan apapun selain kertas-kertas yang berserakan yang memenuhi ruangan kerjanya.
Singkat kisah akhirnya al muqaffa pun mengaku tidak sanggup dan kalah dalam menghadapi al qur’an al karim.
M Kisah Abu Al Walid
Abu al walid, seorang sasterawan yang jarang ada tandingannya di ajukan oleh beberapa pemimpin Quraisy untuk menundukkan Rasululah. Harta, tahta, wanita, dan segala kesenangan dunia lainnya ditawarkan oleh Abu al Walid kepada Rasulullah dan semuanya itu akan diberikan kepada Rasulullah dengan syarat beliau mau untuk meninggalkan dakmahnya. Tentu saja Rasulullah menolak dan membaca
Intinya para pemimpin Qurisy terseht gagal total untuk menundukkan rasulullah lantaran delegasinnya mendengar ayat al Qur’an .
M Kisah Al Walid Ibn Al Mughirah [5]
Suatu ketika al Walid mendatangi Rasulullah SAW, seketika itu pula beliau membacakan
C. Beberapa Pendapat Tentang I’jaz Al Qur’an
Memang manusiawi bila dalam suatu pembahasan terdapat banyak sekali pendapat. hal ini pun berlaku kepada I’jaz al qur’an.
" Kelompok Shirfah
Kelompok ini dipelopori oleh Abu Ishaq Ibrahim An Nizam [6]dan pengikutnya dari kaum syi’ah seperti Al Murtada. Nizam berpendapat bahwa I’jaz al Qur’an terletak pada aspek shirfah yakni bahwa Allah memalingkan orang-orang arab yang berusaha menandingi al Qur’an, padahal sebenarnya mereka mampu menghadapinya. Al Murtada berpendapat sama bahwa I’jaz al Qur’an terletak pada aspek shirfah namun dia mengartikan lain maksud dari shirfah tersebut yaitu bahwa Allah mencabut ilmu-ilmu yang dimiliki oleh orang arab yang mereka perlukan untuk menghadapi tantangan al Qur’an, sehinnga mereka pun tiada lagi mampu untuk menandinginya.
Pendapat dari golongan shirfah ini mendapatkan pertentangan dari Qadi Abu Bakar Al Bagalani. Beliau berkata bahwa jikalau menandingi al qur’an merupakan suatu kemungkinan akan tetapi menjadi tidak mungkin lantaran terhalang akan adanya shirfah, maka yang manjadi mu’jizat disini adalah shirfahnya bukan al qur’an, padahal semua mahluk di dunia ini mengakui bahwa al qur’an adalah suatu muljizat yang mulia.[7] Selain itu al qur’an sendiri pun menolak pendapar dari golongan ini. hal ini tersirat dalam
ﻗﻝ ﻟﺌﻥ ﺍﺠﺘﻤﻌﺕ ﺍﻹﻨﺱ ﻭﺍﻟﺠﻥ ﻋﻟﻰ ﺃﻥ ﻴﺄﺘﻭﺍ ﺒﻤﺜﻝ ﻫﺫ ﺍﻟﻗﺭﺃﻥ ﻻﻴﺄﺘﻭﻥ ﺒﻤﺜﻠﻪ ﻭﻠﻭﻜﺎﻥ ﺒﻌﻀﻬﻡ ﻠﺒﻌﺽ ﻅﻬﻴﺭﺍ﴿ﺍﻹﺴﺭﺍﺀ›۱۷: ‹٨٨ ﴾
“Katakanlah: ‘Sesungguhnya jika berkkumpul jin dan manusia untuk mendatangkan yang seperti al qur’an ini, pastilah mereka tidak dapat mendatangkan yang sepertinya, walaupun sebagian dari mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain”. (QS 17, Al Isra’ : 88).
Dalam ayat ini jelas menunjukkan kelemahan mereka meskipun mereka masih memiliki kemampuan. dan jika kemampuan mereka telah dicabut, maka berkumpulnya jin dan manusia tidaklah lagi diperlukan karena perkumpulan tersebut sama halnya dengan perkumpulan orang mati. Sedang tidak akan mungkin seseorang akan menantang orang yang sudah mati apalagi Allah dengan al qur’an-Nya.
" Kelompok Ahli Balaghah
Mereka sepakat bahwa kei’jazan al qur’an terdapat dalam balaghahnya yaitu dari segi nilai bahasa yang dimilikinya. Artinya al qur’an memiliki tingkat bahasa yang sangat tinggi dan belum ada bahkan dijamin tidak akan ada yang mampu menandingi tingkat bahasa yang dimiliki al qu’an.
" Kelompok Ahli Gharib
Penggunaan kata-kata dalam al qur’an yang jarang ditemui dalam percakapan bahasa arab secara umum merupakan suatu kei’jazan dalam al qur’an.
" Kelompok Ahli Isyarat
Meraka berpendapat bahwa kai’jazan al qur’an terletak pada pengkhabaran tentang berita-berita yang ghaib baik yang pernah terjadi di masa lalu maupun yang akan terjadi di masa yang akan datang.
" Kelompok Ahli Ilmu
Kei’jazan al qur’an terdapat pada kandungan ilmu pengetahuan dan hikmah yang sangat dalam.
Walaupun terdapat berbagai pendapat tentang I’jaz al Qur’an, akan tetapi pada hakihatnya al qur’an adalah I’jaz dalam hal bayan (penjelas) dan nazam (jalinan), dalam lafadz dan uslub, dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, dalam tasyri’ (penetapan hukum) dan pemeliharaannya terhadap HAM dan keseluruhan isi dan kandungan yang terdapat dalam al qur’an.
D. Kadar Kei’jazan Al Qur’an [8]
a) Golongan mu’tazilah berpendapat bahwa kei’jazan itu berkaitan dengan keseluruhan al qur’an.
b) Sebagian ulama’ berpendapat bahwa sebagian dari al qur’an bisa manjadi kadar I’jaz baik sedikit maupun banyak.
c) Ulama’ yang lain berpendapat, I’jaz itu cukup dengan satu surah lengkap meskipun pendek atau dengan lingkup satu
E. Aspek-Aspek Kei’jazan Al Qur’an
M. Quraish Shihab dalam bukunya yang berjudul Mukjizat Al Qur’an meninjau kei’jazan al qur’an dalam beberapa aspek yaitu aspek kebahasaan, aspek isyarat ilmiyah dan aspek pemberitaan tentang yang ghaib.
1. Kei’jazan Aspek Kebahasaan
Kita sudah barang tentu tahu dan mengerti dengan sangat jelas bahwa al qur’an pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad dengan menggunakan bahasa arab. Hal inilah yang menjadi sebab utama dan pertama kei’jazan al qur’an yaitu di lihat dari segi bahasanya. Al Qur’an memiliki susunan kata dan kalimat yang indah. Ketika al qur’an dibaca, kita akan mendengar mendengar nada yang memiliki keunikan irama dan ritme.
Seorang cendekiawan inggris, Marmaduke Pitckthall dalam The Meaning of Glorius Qur’an menulis “Al Qur’an mempunyai simfoni yan tidak ada taranya dimana setiap nada-nadanya bisa menggerakkan manusia untuk menangis dan bersuka cita”. [9]
Kata-kata yang dipilih untuk redaksi dalam al qur’an akan melahirkan keserasian bunyi kemudian kumpulan kata-kata tersebut melahirkan keserasian irama dalam rangkaian kalimat ayat-ayatnya. Selain itu al qur’an juga menggunakan kalimat yang sangat singkat dan padat namun sarat akan makna. Kita tahu betul bahwa al qur’an mempunyai juz sebanyak tiga puluh juz. Jika bukan karena kata-katanya atau kalimat yang digunakan sangat singkat dan padat mungkin akan tercipta al qur’an dengan jumlah juz yang begitu banyak. Hal ini tidak mudah dilakukan oleh seseorang sehingga kita akan benar-benar yakin bahwa al qur’an bukanlah buatan manusia dan itu merupakan bukti suatu kai’jazan al qur’an.
Bayangkan dengan kalimat yang sangat singkat dan padat, tetapi mengandung makna yang sangat luas sungguh sangat luar biasa. Hal ini menjadi suatu keindahan tersendiri dalam al qur’an.
Kei’jazan lain yang tercakup dalam aspek bahasa yaitu bahwa bahasa yang dimiliki oleh al qur’an dapat memuaskan para pemikir dan manusia secara umum. Artinya manakala ada seorang anak yang masih duduk dibangku sekolah baik tingkat dasar, menengah, dan tingkat atas bahkan mahasiswa akan lebih bisa memahami buku-buku yang sesuai dengan tingkatannya atau bahkan bagi mereka yang berada di tingkatan pendidikan menengah ke atas atau ke yang paling atas ( perguruan tinggi) akan merasa bahwa buku-buku atau wacana-wacana yang dikonsumsi oleh mereka yang ada di tingkat bawah tidak akan memberikan kepuasan dalam berpikir bagi mereka bahkan dianggap tidak menarik dan tidak enak untuk mereka konsumsi. Begitu sebaliknya, mereka yang berada di tingkat pendidikan bawah, tidak akan mengerti dengan apa yang dikomsumsi oleh mereka-mereka yang ada di tingkat yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan karena bahasa yang digunakan disesuaikan dengan masing-masing tingkatan pendidikan. Lain halnya dengan al qur’an, bahasa yang digunakannya memberikan kepuasan kepada siapa saja sesuai dengan keterbatasan masing-masing karena bahasa-nya sangat mudah untuk dipahami, bahkan dengan ayat yang sama seorang ilmuwan dapat memhami dengan pengertian yang baru yang tidak dapat terjangkau oleh kebanyakan orang sehingga daya piker mereka terpuaskan. Dengan kepuasan yang berpikir tersebut, maka akan lahir kepuasan akal dan jiwa.
2. kei’jazan aspek isyarat keilmiyahan.
Perlu dimengerti bahwa al qur’an bukanlah karya ilmiyah namun pertanyaan-pertanyaan yang terdapat di dunia yang kemudian di muat dalam suatu karya, dapat dijawab secara keseluruhan oleh alqur’an. Adapun dalam makalah ini isyarat-isyarat ilmiyah dalam al qur’an mencakup beberapa hal diantaranya : reproduksi manusia, kejadian alam semesta, awan, dan gunung.
· Isyarat ilmiyah tentang reproduksi manusia
Di dalam al qur’an dijelaskan penciptaa manusia, yang dimulai dengan tahap pembuahan atau pertemuan antara sperma dan ovum. Sedikitnya ada tiga ayat al qur’an yang berbicara tentang sperma.[10]
Kemudian pertemuan antara sperma dan ovum
ان خلقنا الانسا من نطفة امشاج نبتتيه فجعلنا سميعا بصيرا
“ Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari setetes nuthfah amsyaj (yang bercampur). Kami hendak mengujinya dengan perintah dan larangan karena itu kami jadikan ia mendengar dan melihat”.
(Q.S Al Insan (76) : 2).
· Isyarat ilmiyah tentang Kejadian alam
Di dalam al qur’an dijelaskan bahwa bumi dan langit tadinya merupakan satu gumpalan.[11]Akan tetapi al qur’an tidak menjelaskan terjadinya pemisahan seperti direalitakan saat ini bahwa langit dan bumi berpisah. namun hal ini menjadikan para ilmuwan tergugah untuk melakukan penelitian. Salah seorang diantarnya yaiu Edwin P. Hubble (1889-1953) yang melakukan observasi dengan teropong bintang raksasa yang menunjukan adanya pemuaian alam semesta. inilah maksudnya bahwa al qur’an mengisyaratkan manusia dengan isyarat ilmiyah.
· Isyarat Ilmiyah Tentang Awan
Dalam al qur’an telah dibicarakan tentang awan dan dijelaskan pula bagaimana proses terjadinya hujan[12] dimana prosesnya dimulai dari pembentukkan awan tebal karena adanya dorongan angin.
· Isyarat Ilmiyah Tentang Gunung
“Kamu lihat gunung-gunung, kamu sanngka ia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan sebagaimana jalannya awan. Begitulah perbuatan allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu. Sesungguhnya allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”. ( Q.S An Naml (27) : 88)
Hal ini jelas benar adanya, dari hasil rekaman satelit diperoleh bukti bahwa jazirah arab beserta gunung-gunungnya bergerak mendekati
3. Kei’jazan Aspek Pemberitaan Tentang Yang Ghaib
Kata ghaib diartikan dengan sesuatu yang tidak diketahui, tidak nyata atau tersembunyi. jadi al qur’an memberitahukan kepada seluruh umat manusia tentang sesuatu yang tidak diketahui, baik itu berupa peristiwa masa lalu atau sesuatu yang akan terjadi di masa mendatang. Sebagai contoh yaitu kisah-kisah para nabi, secara realita kita tidak pernah hidup dizamannya, Berarti kita tidak tahu apa-apa tentang nabi-nabi tersebut. akan tetapi al qur’an memberkan khabar kepada manusia bahwa dulu ada manusia yang dijadikan pemimpin untuk golongan tertentu yang disebut dengan nabi atau rasul. Kita tidak akan pernah tahu jika al qur’an tidak pernah diturunkan. begitu juga dengan kiamat dan surga neraka. sejauh ini belum ada manusia yang dapat pergi kesana selain Muhammad SAW. Tapi dengan al qur’an kita menjaditahu gambaran tentang tahapan masa-masa yang akan datang.
Bab III Penutup
Dari pembahasan dalam makalah ini dapat disimpulkan bahwa al qur’an adalah mu’jizat yang abadi dan kemu’jizatan al qur’an tidak ada seorangpun yang dapat menandingi.
Daftar Pustaka
Al Qur’an Al Karim dan terjemahannya.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1988. Kamus Besar Bahasa
Hasbi, T.M ash shiddieqy. 2002. Ilmu-Ilmu al Qur’an Ilmu-Ilmu Pokok Dalam Menafsirkan al Qur’an.
Khalil, Manna al Qattan. 2006. Studi Ilmu-Ilmu Qur’an.
Shihab, M. Quraish. 2004. Mukjizat al Qur’an di Tinjau dari Aspek Kebahasaan, Isyarat Ilmiyah, dan Pemberitaan Ghaib.
Syakur M. 2007. Ulum al Qur’an. Semarang : PKPL2-FAI Universits Wahid Hasyim.
[1] Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Ilmu-Ilmu al Qur’an. h 371
[2] Drs. M. Syajur SF., M.Ag.,Ulum al Qur’an,h 101
[3] Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, op. cit . h 371
[4] Drs. M. Syajur SF., M.Ag.,Ulum al Qur’an,h 105-111
[5] Diceritakan oleh Ibnu Abbas
[6] manna’ khalil al qattan dalam bukunya studi ilmu-ilmu qur’an h 375 menjelaskan bahwa abu ishaq Ibrahim an nizam adalah seorang guru al jahir dan salah seorang tokoh mu’tazilah. kepadanya dinisbahkan golongan nizamiyah. wafat pada masa kholifah al mu’tasim pada tahun 220 lebih.
[7] ibid.
[8] Dalam referensi yang digunakan oleh penulis tidak dijelaskan secara jelas dan detail tentang siapa-siapa yang memberikan pendapat tentang kadar kai’jazan al Qur’an.
[9] M. Quraish Shihab, Mukjizat al Qur’an ,h.119.
[11] Q.S Al Anbiya’(21) : 30.
[12] Q.S An Nur ( 24) :43
[13] M. Quraish Shihab, op.cit ,h.187-188
No comments:
Post a Comment