Suasana Diskusi Dengan Kawan2 MES

Suasana Diskusi Dengan Kawan2 MES

Wednesday, October 26, 2011

ARTI SEBUAH KESIBUKAN


Suatu hari, seorang ahli ‘Managemen Waktu’ berbicara di depan sekelompok mahasiswa bisnis, dan ia memakai ilustrasi yg tidak akan dengan mudah dilupakan oleh para siswanya. Ketika dia berdiri dihadapan siswanya dia berkata, “Baiklah, sekarang waktunya kuis. “Kemudian dia mengeluarkan toples berukuran galon yg bermulut cukup lebar, dan meletakkannya di atas meja. Lalu ia juga mengeluarkan sekitar selusin batu berukuran segenggam tangan dan meletakkan dengan hati-hati batu-batu itu ke dalam toples. Ketika batu itu memenuhi toples sampai ke ujung atas dan tidak ada batu lagi yg muat untuk masuk ke dalamnya, dia bertanya, “Apakah toples ini sudah penuh?” Semua siswanya serentak menjawab, “Sudah!” Kemudian dia berkata, “Benarkah?” Dia lalu meraih dari bawah meja sekeranjang kerikil. Lalu dia memasukkan kerikil-kerikil itu ke dalam toples sambil sedikit mengguncang-guncangkannya, sehingga kerikil itu mendapat tempat di antara celah-celah batu-batu itu. Lalu ia bertanya kepada siswanya sekali lagi, “Apakah toples ini sudah penuh?”Kali ini para siswanya hanya tertegun. “Mungkin belum!”, salah satu dari siswanya menjawab. “Bagus!” jawabnya. Kembali dia meraih kebawah meja dan mengeluarkan sekeranjang pasir. Dia mulai memasukkan pasir itu ke dalam toples, dan pasir itu dengan mudah langsung memenuhi ruangruang kosong diantara kerikil dan bebatuan. Sekali lagi dia bertanya, “Apakah toples ini sudah penuh?” “Belum!” serentak para siswanya menjawab. Sekali lagi dia berkata, “Bagus!” Lalu ia mengambil sebotol air dan mulai menyiramkan air ke dalam toples, sampai toples itu terisi penuh hingga keujung atas. Lalu si Ahli Manajemen Waktu ini memandang kepada para siswanya dan bertanya, “Apakah maksud dari ilustrasi ini?” Seorang siswanya yg antusiaslangsung menjawab, “Maksudnya, betapapun penuhnya jadwalmu, jika kamu berusaha kamu masih dapat menyisipkan jadwal lain ke dalamnya!” “Bukan!”, jawab si ahli, “Bukan itu maksudnya. Sebenarnya ilustrasi ini mengajarkan kita bahwa JIKA BUKAN BATU BESAR YANG PERTAMA KALI KAMU MASUKKAN,MAKA KAMU TIDAK AKAN PERNAH DAPAT MEMASUKKAN BATU BESAR ITU KE DALAM TOPLES TERSEBUT.” Apakah batu-batu besar dalam hidupmu? Mungkin anak-anakmu, suami/ istrimu, orang-orang yg kamu sayangi, persahabatanmu, kesehatanmu, mimpi-mimpimu. Hal-hal yg kamu anggap paling berharga dalam hidupmu. Ingatlah untuk selalu meletakkan batu-batu besar tersebut sebagai yg pertama, atau kamu tidaK akanpernah punya waktu untuk memperhatikannya. Jika kamu mendahulukan hal-hal yang kecil dalam prioritas waktumu, maka kamu hanya memenuhi hidupmu dengan hal-hal yang kecil, kamu tidak akan punya waktu untuk melakukan hal yang besar dan berharga dalam hidupmu.

Tuesday, October 25, 2011

PERGAULAN MAHASISWA ISLAM

PERGAULAN MAHASISWA ISLAM[i]

Fitriyanto[ii]

Sing Ngerti Ora Iso

Sing Iso ora Kuwoso

Sing Kuwoso Ora Ngerti

Ya....Inalillahi....

Sebuah Prolog

Ada satu hal yang menarik dalam tema debat kampus bulan ini di harian Suara Merdeka, yakni menyoroti pilihan sebagai seorang mahasiswa yang hendak fokus mau kemana, Apakah menjadi seorang akademikus atau menjadi aktifis kampus? Keduanya memiliki plus-minus dalam implementasinya, namun yang paling penting adalah keduanya punya tujuan yang sama yaitu belajar.

Dalam satu pertemuan, pernah ada sebuah anecdot bahwa “mungkin saja” Allah punya 100 nama dengan berbagai arti, misalnya Maha Pengasih, Maha Penyayang, Maha Megetahui dll. Sekarang Allah dikenal punya 99 nama yang kita yakini dan imani hingga akhir zaman yang disebut dengan Asma’ul Husna. Pertanyaannya, kemana nama Allah yang ke-100?

Inilah bukti bahwa Allah Maha pengasih dan penyayang terhadap Hamba-Nya di dunia, satu nama Allah diberikan kepada manusia yang mau untuk belajar sehingga ada satu golongan manusia yang disebut “Maha”siswa.

“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat” (Qs. Al Mujadilah [58]: 11)

Anecdot diatas memberikan satu motivasi untuk selalu diingat, bahwa adanya kata “Maha” pada kata siswa sebenarnya malah memberikan beban tanggung jawab moral yang luar biasa besar yang harus dipikul oleh siswa itu sendiri yakni menyiapkan diri kepada masa depan dan masa setelah berakhirnya kehidupan.

Celakanya, banyak mahasiswa yang mengartikan kata “Maha” sebagai strata sosial yang sangat tinggi sehingga akhirnya menjauhkan mereka dengan masyarakat, disadari maupun tidak, pergaulan “Maha”siswa dengan masyarakat semakin terkikis dengan dalih banyaknya tugas kuliah (akademikus) atau kegiatan estra lainnya (aktifis kampus). Mereka lupa kalau masa depan mahasiswa adalah berinteraksi dengan masyarakat, bukan hanya dengan pejabat atau para anggota dewan yang selalu mengatakan “saya sepakat!!”. Atau karena gelar “maha” yang disandangnya menjadikan “maha”siswa memiliki kebebasan yang tanpa batasan. Mulai dari pemikiran, sampai pergaulan yang bebas. Na’udlubillah

Bebas tanpa batas?

Coba kita renungkan, seorang Valentino Rossi ketika bermain di Grand Prix dengan kecepatan penuh, melejit dan mendahului semua pembalap lain demi satu tujuan, yakni memenangkan pertandingan, seberapa pun cepatnya motor GP yang dikendarai V. Rossi suatu saat ketika belok pasti akan menggunakan rem demi keselamatan nyawanya dan pembalap lain disekitarnya.

Sama halnya dengan kebebasan pemikiran, akan sangat menyakitkan ketika Logika dilontarkan tanpa memperhitungkan etika dan estetika. Pergaulan bebas tanpa batas membuka peluang rusaknya kehormatan manusia.

Meminjam kata-kata Paman Ben untuk keponakannya, Peter Parker, sebelum meninggal dunia beliau mengatakan

“Seiring dengan kekuatan besar, maka datang pula tanggungjawab yang besar”.

Maka tidak lucu ketika seorang “maha”siswa dengan status sosialnya yang “TINGGI” bukan dikenal karena kiprahnya terhadap masyarakat, namun tercemar karena pergaulannya yang bebas dengan dalih Hak Asasi Manusia yang semakin merakyat.

Pergaulan Islam

Institusi Pendidikan Islam dimanapun, memiliki satu misi yang sama yakni mencetak muslim intelektual sejati. Sehingga ajaran-ajaran dan nilai-nilai yang diterapkan adalah nilai-nilai yang menjaga manusia dari kehancuran. Ajaran islam dengan 2 referensi hukum warisan para nabi, bertujuan untuk melindungi manusia dari kerusakan dan lembah kemaksiatan. Secara subtansial, perlindungan islam terhadap manusia difokuskan kepada lima jenis harga diri (Kulliyat Al Khams) yakni melindungi manusia dari kerusakan jiwa, harta, akal, agama dan kehormatannya. Rusaknya jiwa terjadi ketika adanya pembunuhan. Kerusakan harta terjadi manakala ada pencurian. Kerusakan akal terjadi ketika manusia menjadi gila. Kerusakan agama terjadi ketika manusia berpaling dari Allah swt. Sedangkan rusaknya kehormatan ketika terjadi perzinaan baik disengaja ataupun karena tindak pemerkosaan.

Kesucian ajaran islam dibuktikan dalam penjagaannya terhadap kehormatan manusia, dimana tidak hanya dengan melakukan pelarangan semata, tapi juga melakukan pencegahan terhadap larangan-larangan tersebut. Pencegahan pelarangan tersebut dimaksudkan untuk menutup setiap pintu yang dapat memungkinkan terbukanya kerusakan kehormatan manusia.

ولاتقربوا الزني.........(الاشراء : 32)

”Dan janganlah kamu mendekati zina……”(QS. Al Isra’ [17] : 32)

Bagaimana jadinya ketika dalil tersebut berubah menjadi “dan janganlah kamu Zina” dengan menghilangkan kata “mendekati”, maka KNPI (Kissing, Necking, Petting, Intercourse) akan legal dimana-mana.

Hingga saat ini, kaum yang mendukung kebebasan masih saja memiliki “dalil” untuk membuka peluang terbukanya pintu kerusakan kehormatan manusia. Dalil yang seakan-akan dapat diterima oleh akal dengan tujuan untuk menghancurkan ajaran islam dari dalam secara halus. Oleh karena itu, Hukum Allah menetapkan beberapa hal untuk mewujudkan kemaslahatan dan mencegah kerusakan kehormatan manusia dengan adanya perzinaan, diantaranya:

Pertama, Allah mengharamkan untuk memandang lawan jenis secara berlebihan.

“Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya dan memelihara kemaluannya…” (QS. An Nur [24]: 30)

“Katakanlah kepada perempuan yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya dan memelihara kemaluannya…” (QS. An Nur [24]: 31)

Kedua, islam mengharamkan persentuhan (antara laki-laki dan perempuan).

Kedua ajaran ini berupaya untuk menutup terbukanya pintu ikhtilat (berkumpulnya antara laki-laki dan perempuan dalam satu majlis tanpa sekat/hijab). Salah satu hujjah yang digunakan oleh kaum pro-kebebasan untuk menghancurkan islam dari dalam adalah anggapan bahwa adanya dalil yang menerangkan tentang kebolehan untuk memandang wajah dan telapak tangan perempuan, dimana keduanya bukanlah aurat baginya, sehingga jika memandang diperbolehkan, berarti ikhtilat juga tidak ada larangan.

“….zinanya mata adalah dengan melihat, zinanya kaki adalah dengan melangkah, zinanya pikiran dengan berimajinasi dan timbulnya keinginan, dan kemaluannya yang akan membuktikan benar tidaknya” (HR. Bukhari Muslim)

Ketiga, Allah mewajibkan hijab bagi perempuan. Hijab disepakati oleh para ulama’ sebagai segala sesuatu yang mampu untuk menutupi seluruh aurat perempuan dan tidak boleh menggambarkan bentuk tubuhnya. Dalam ajaran islam, perempuan tidak diperbolehkan untuk memperlihatkan sehelai rambutnya sekalipun, apalagi aurat-aurat yang lain, sehingga tidak seorang perempuan muslimah sekalipun yang diperbolehkan meninggalkan, menyimpang, atau memperdebatkan kewajiban memakai hijab bagi perempuan. Hal ini dikarenakan karena manisnya ajaran islam dalam menjaga kehormatan manusia.

“…. Dan hendaklah mereka menutup kain kerudung ke dadanya….” (QS. An Nur [24] : 31)

“Wahai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, hendaklah mereka memanjangkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan allah maha pengampun lagi maha penyayang” (QS. Al Ahzab [33] : 59)

“dan Perempuan-perempuan tua yang telah terhenti (dari haid dan mengandung) yang tiada ingin kawin lagi, tiada dosa bagi mereka jika menanggalkan pakaian mereka dengan tidak (bermaksud) untuk memperlihatkan perhiasan mereka. Dan berlaku sopan adalah lebih baik bagi mereka. Dan Allah maha mendengar lagi maha mengetahui” (QS. An Nur [24] : 60)

Maka jelaslah sudah bahwa hijab bagi perempuan hukumnya wajib. Jika perempuan muslim menunggu “hidayah” atau kesiapan diri sebagai alasan untuk mengenakan hijab, maka yang demikian itu merupakan sebuah alasan yang menghancurkan diri dan agamanya.

Dari ketiga hal tersebut, ada satu pesan untuk “maha”siswa mengingat tanggungjawab yang dimilikinya karena status sosial yang terpatri dalam kata “maha”, mereka yang berkeinginan menjadi akademikus atau pun aktifis kampus yang selalu berinteraksi dan bergaul dengan banyak orang, banyak golongan, laki-laki dan perempuan, jangan pernah meninggalkan ajaran islam yang menjadikan kita Muslim Intelektual yang tidak hanya bisa berpikir tapi juga mampu untuk berdzikir.

Daftar Bacaan

Al Qur’an dan terjemahnya

Muhammad Naim Sa’I, Masyallah Remaja; Buku Pintar Pergaulan Generasi Ekstravaganza Islam terj, (Jogjakarta : Diva Pres)

Dr. Muhammad Faiz Al Math, 1100 Hadits Terpilih, Sinar Ajaran Muhammad, (Jakarta : Gema Insani)


[i] Sebuah autocritic terhadap pergaulan Mahasiswa dan pemuda 2011

[ii] Mahasiswa Fakultas Syari’ah yang sedang berkonsentrasi untuk menyelesaikan studi,

Menjadi Badan Pengembangan Organisasi PMII Cabang Jepara

fitriyanto-alasroby.blogspot.com

Wednesday, August 3, 2011

Kembali Kepada Allah

Sewaktu masih kuliah di smester awal, idealitas mahasiswa masih sangat kental. Namun, terkadang salah kaprah, hingga menjadi budaya. Mayoritas orangtua menginginkan putra-putrinya menjadi orang sukses, dan untuk mewujudkannya para orang tua rela banting tulang, bekerja keras bahkan menjual segala yang dimilikinya untuk memberikan fasilitas berupa pendidikan terhadap putra putrinya dengan pendidikan yang setinggi-tingginya. Hal tersebut tidak salah, bahkan merupakan kewajiban orangtua terhadap anaknya.

Secara pragmatis, para orangtua menginginkan anaknya memiliki pekerjaan tertentu yang dipandang terhormat sehingga mereka di kuliahkan dengan jurusan yang sesuai dengan harapannya. Minimal para anak tidak meneruskan pekerjaan orang tua yang dianggap “berat dan kasar”. Hal ini pun bukan merupakan masalah.

Namun secara otomatis, indikator keberhasilan sebuah pendidikan adalah memperoleh pekerjaan yang terhormat dengan gaji yang besar. Hingga sekarang asumsi akan indikator tersebut seakan-akan menjadi harga mati bagi mereka yang berkesempatan menempuh pendidikan tinggi. Akibatnya, akan menjadi sebuah momok yang luar biasa ketika seorang sarjana menjadi “Beban Negara” atau menganggur. Ini yang kemudian “salah kaprah”.

“Dan tidaklah Allah menciptakan manusia dan jin melainkan untuk menyembah-Nya”(Alqur’anul Karim). Inilah tujuan manusia diciptakan di Dunia, tak lain adalah untuk semakin dekat dengan Allah, Tuhan semesta alam. Sehingga Hasil dari pendidikan adalah sebuah kedewasaan dalam berpikir. Dengan kemampuan manusia yang dianugrahkan ALLAH yakni akal, kemudian diasah dengan pembelajaran, baik pengalaman maupun pendidikan lain, Sehingga manusia mampu berpikir mana yang baik dan yang buruk. Dengan pengetahuan yang dimilikinya akan mengarahkanya pada kepribadian dan perilaku tertentu yang diyakininya. Hasil dari pendidikan adalah bertambahnya wawasan pengetahuan yang dijadikan pedoman hidupnya. Pekerjaan merupakan hasil dari pemikiran yang dikembangkan dan dipakai manusia. Sehingga jangan pernah berpikir untuk kuliah guna mendapatkan pekerjaan. Tapi berpikirlah belajar untuk kembali mendekatkan diri pada yg maha kuasa.